Langsung ke konten utama

Samsudin dan Kematian Massal Akibat Miras Oplosannya



Samsudin menjadi biang kerok kematian massal akibat miras oplosan di Kabupaten Bandung. Pasal pembunuhan berencana menantinya

langkah Samsudin Simbolon, bos besar minuman keras oplosan dari Cicalengka, Kabupaten Bandung, melarikan diri akhirnya terhenti. Setelah menjadi buron selama 13 hari, Samsudin dibekuk tim gabungan Direktorat Narkoba Polda Jawa Barat dan Polres Bandung di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa, 17 April 2018.

Pria berperawakan kecil dan kepala plontos itu tak bisa berkutik lagi ketika belasan polisi yang dibantu tim dari Polda Sumatera Selatan, Polres Banyuasin, dan Polsek Lencir mengepungnya. Mantan sopir angkot yang berdagang miras oplosan ini pun menyerah tanpa memberikan perlawanan.


Samsudin jadi buron setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus kematian massal 45 orang akibat minuman keras yang diraciknya pada awal April 2018. Ia bersama Hamciak Manik, istrinya, Julianto Silalahi, Willy, Roysan Guntur Simbolon, Sony Samosir, Asep, dan Uwa dituduh melakukan tindak pidana penjualan miras secara ilegal. Empat nama terakhir kini masih dicari polisi.

Awalnya polisi kesulitan melacak keberadaan Samsudin karena selalu berpindah-pindah tempat. Setelah puluhan orang penenggak miras oplosannya berguguran, Samsudin kabur dari rumah gedongnya di Jalan Raya Bypass Bandung-Garut Nomor 40, Kampung Bojongasih RT 03 RW 08, Desa Cicalengka Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Awalnya Samsudin kabur menuju Banten. Lalu ia menyeberang ke Lampung, Pekanbaru, dan Palembang. Sedangkan istrinya, Hamciak Manik, serta dua anak buahnya, yakni Julianto Silalahi dan Willy, ditangkap polisi terlebih dahulu.





Terakhir Samsudin bersembunyi di sebuah gubuk di area perkebunan kelapa sawit miliknya di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin. Setelah dua malam menginap di dalam hutan, Samsudin merasa keberadaannya tercium polisi. Ia memutuskan pindah ke salah satu rumah kerabatnya di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir.

Belasan polisi yang menggunakan speedboat mengejarnya ke lokasi. Tapi, begitu tiba di lokasi, mereka tak mendapatkan Samsudin. Baru pada 16 April lalu polisi menerima informasi keberadaan Samsudin di salah satu rumah adiknya di Jalan Tripika, Desa Mendis Jaya, Kecamatan Bayung Lencir. Ia disergap polisi ketika tengah tertidur pulas.

“Dia tertangkap di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan. SS (Samsudin Simbolon) sedang berada di dalam rumah adiknya. Ditangkap tanpa perlawanan,” kata Kepala Polres Bandung AKBP Indra Hermawan dalam keterangan persnya di Polres Cicalengka, Kamis, 20 April lalu.


Di hadapan polisi, Samsudin tak bisa mengelak dan mengakui telah meracik serta mengedarkan miras oplosan yang menewaskan 45 orang di Kabupaten Bandung pada 6-11 April lalu. Samsudin memulai bisnis meracik dan berjualan miras oplosan sejak Agustus 2017. Setiap hari ia bisa memproduksi 20 dus atau 240 botol miras oplosan ukuran 600 mililiter yang diberi merek Ginseng.

Semua itu diolah di bungker rumahnya yang berukuran panjang 18 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 3,5 meter. Bungker itu berada di bawah gazebo dekat kolam renang rumahnya. Untuk meracik satu dus miras oplosan, Samsudin hanya mengeluarkan modal Rp 40 ribu. Miras oplosannya terbuat dari air mineral merek Minola, metanol, alkohol, ginseng merek Kuku Bima, dan pewarna makanan merek Red Bell


Satu dus miras oplosan itu Samsudin jual dengan harga Rp 270 ribu. Tak mengherankan bila Samsudin, yang sebelumnya merupakan sopir angkot, bisa menjadi kaya raya, sehingga bisa membangun rumah mewah dan punya kebun kelapa sawit seluas 29 hektare di Sumatera.

Untuk menjajakan hasil produksi miras oplosan itu, Samsudin dibantu istrinya, yang berjualan tak jauh dari rumahnya. Ia juga dibantu empat orang agen, yaitu Asep yang menjadi agen penjualan di wilayah Nagreg, Willy di wilayah Cibiru, Roysan di sekitar Stasiun Kereta Api Cicalengka, dan Julianto Silalahi di sekitar Jalan Bypass Cicalengka.

Saat rumah Samsudin digeledah polisi dua pekan lalu, di dalam bungker ditemukan miras siap edar sebanyak 224 dus atau 5.376 botol, 115 dus air mineral, 36 dus berisi 468 botol pewarna makanan, 23 jeriken ukuran 25 liter berisi alkohol, 66 dus ginseng, dan peralatan pengolahan miras lainnya, seperti ember, alat timbangan, ratusan botol, penutup botol, serta plastik.

Dipastikan, sebagai bos miras di Bandung, Samsudin memiliki kaitan dengan pembuat miras di wilayah DKI Jakarta dan Kalimantan karena kenal satu sama lain. Namun mereka tidak dalam satu jaringan.

“Dari pengungkapan kasus ini, ternyata di DKI Jakarta dan Kalimantan juga ada. Mereka melakukan secara sporadis. Keterkaitan satu sama lain, tapi bukan jaringan,” ucap Wakil Kepala Polri Komjen Syafruddin dalam keterangan pers saat melakukan inspeksi mendadak ke rumah Samsudin di Jalan Raya Bandung-Garut, Kabupaten Bandung, Kamis, 19 April lalu


Untuk sementara, motif Samsudin dan para pemilik pabrik miras oplosan hanya bisnis semata. Apalagi mereka menjual miras dengan harga yang sangat beragam. Sayangnya, kepentingan bisnis mereka yang ingin memperkaya diri sendiri justru menghancurkan generasi muda, bahkan memakan korban tewas.

Sejauh ini polisi baru menjerat Samsudin cs dengan Pasal 204 KUHP tentang peredaran miras. Dalam pasal itu disebutkan barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang diketahui membahayakan nyawa atau kesehatan orang diancam hukuman 15 tahun atau seumur hidup. Namun tak tertutup kemungkinan Samsudin juga akan dikenai pasal pembunuhan berencana atau Pasal 340 KUHP.

“Kita kembangkan. Siapa tahu memang dia sengaja memasukkan bahan apa, kan kita nggak tahu. Nanti lihat hasil penyidikannya,” tutur Direktur Reserse Narkoba Polda Jawa Barat Kombes Enggar Pareanom saat dihubungi , Jumat, 20 April lalu.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan sejauh ini korban tewas miras oplosan terbanyak berada di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Sedangkan total korban tewas di wilayah Jawa Barat sebanyak 62 orang, yaitu di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Sukabumi, Cianjur, dan Ciamis.

Mereka ada yang meracik sendiri atau membeli dari orang lain. Di Sukabumi, tercatat ada tujuh orang tewas dengan tersangka empat orang peracik dan penjual. Sedangkan tujuh orang lainnya sempat dirawat di RSUD Palabuhanratu. “Daerah Cicalengka itu, karena memakan korban paling banyak,” kata Trunoyudo kepada vipbandarq.net

Komentar


  1. Hallo kakak, Suka Bermain Judi Online ? Mencari Situs Yang Aman ?
    Mungkin www.AUDISIDOMINO.com Bisa Menjadi Solusi Bagi anda :)
    AudisiPoker Berdiri Sejak Tahun 2015 Hingga Sekarang.

    Situs Kami menyediakan 6 Game :
    * Texas Poker
    * Ceme Keliling
    * Bandar Capsa
    * Bandar Ceme
    * DominoQQ / AduQQ
    * SUPER 10 / Sakong

    Promo HOT Di AudisiDOMINO:

    - Bonus New Member 10% (Minimal Deposit 25rb)
    - Bonus Rollingan 0,5%
    - Event TOURNAMENT MEGAJACKPOT BULANAN yang berhadiah 200rb s/d 100Juta
    - Bonus Refferal Up To 100%
    - BONUS WELCOME BACK UP TO 20%

    Daftar dan Gabung Sekarang Juga Bersama AudisiPoker Dan Dapatkan Jackpot Tiap Hari-Nya

    Untuk Info Lebih Lengkap Bisa Hubungi Kami
    * BBM : 2ADDFE63
    * WhatApps : 082332473528
    * Line : AUDISIPOKER88

    LINK RESMI:
    - www.AUDISIPOKER.com
    - www.AUDISIDOMINO.com
    - www.AUDISIQQ.com

    Terima Kasih Atas Waktunya,
    Salam Jackpot Super Royal Flush ^^,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mantan Pelayan Putri Diana Diusir dari Lokasi Pernikahan Harry - Meghan

Sejumlah tamu penting hadir dalam pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle, seperti pasangan David dan Victoria Beckham, Oprah Winfrey, George dan Amal Clooney, juga Serena Williams dan Alexis Ohanian. Harry dan Meghan sengaja tak mengundang politisi, meski anak Putri Diana itu dikenal dekat dengan pasangan Barack dan Michele Obama. Ternyata, Pangeran Harry juga tak mengundang Paul Burrell, mantan pelayan sekaligus sahabat Putri Diana. Seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (19/5/2018), Burrell tertangkap kamera sedang didekati petugas keamanan saat berusaha memasuki area khusus di sekitar Kastil Windsor, yang tak jauh dari lokasi pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle. Kala itu ia tampil necis dengan stelan jas abu-abu dan dasi pink. Konon, dasi itu adalah hadiah dari Putri Diana. Pria 59 tahun itu terlihat marah ketika petugas keamanan untuk menggiringnya pergi dari Kapel St George's di Kastil Windsor, Berkshire. Sebelumnya, membuat sensasi dengan mengatakan bahwa

Hasil MotoGP Qatar

Doha - Andrea Dovizioso tampil impresif untuk memenangi MotoGP Qatar yang berjalan ketat dari start sampai akhir. Marc Marquez finis kedua, disusul Valentino Rossi di tempat ketiga. Balapan yang berlangsung di sirkuit Losail, Minggu (18/3/2018) malam WIB berjalan ketat sejak selepas start. Mulanya Johann Zarco yang memulai dari pole mempertahankan posisi hingga sebagian besar jalannya balapan. Tapi pebalap asal Prancis itu kemudian dilewati Dovizioso yang sudah naik perlahan-lahan dari posisi lima, tempatnya memulai balapan. Sejak saat itu, persaingan ketat diberikan Marquez kepada Dovizioso . Marquez terus menekan, bahkan mencoba menyalip di tikungan terakhir namun gagal. Dia harus puas finis kedua. Rossi tak kalah impresif, start dari posisi delapan dan melewati sejumlah pebalap untuk finis ketiga. Hasil mengecewakan malah harus didapatkan Zarco, yang akhirnya cuma finis di posisi delapan. Untuk posisi empat ditempati Cal Crutchlow, disusul Danilo Petrucci, dan Maverick Vinales.

Kisah Pria Indonesia Bertemu Ibu Kandung Usai 40 Tahun Terpisah

Andre Kuik tak dapat menahan tangis ketika pertama kali bertemu dengan ibunya setelah 40 tahun, dia diadopsi warga Belanda sejak berusia lima bulan dan tinggal di Negeri Kincir Angin. Rasa lelahnya menempuh perjalanan dari Belanda ke Pringsewu, Lampung, langsung hilang begitu bertemu dengan ibu kandung, kakak laki-lakinya, adiknya, dan para kerabatnya untuk pertama kali. BBC Indonesia mengikuti perjalanan Andre dari Belanda ke Lampung. Bagi Andre Kuik dan pasangannya, Marjolein Wissink, perjalanan ke Lampung pada pertengahan April lalu, merupakan yang ketiga kalinya. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini dia pasti bertemu dengan ibu kandungnya, Kartini (65 tahun) serta saudara kandungnya. Perasaannya tak menentu. Setelah tiba di Jakarta setelah terbang sekitar 15 jam dari Belanda, Andre tak dapat tidur di malam hari. Esok harinya, dia dan Marjolein bergegas ke Lampung dengan penerbangan di pagi hari. "Sangat bahagia, gugup dan saya sangat merasakan mereka sangat dekat,"